Dalam rangka hari Buku Sedunia tahun 2024, Bank Indonesia Institute menggelar Bazaar Perpustakaan Bank Indonesia(BI) bertema The Journey of Change: "The Empowering Force of Literacy”. Saat membuka acara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti singgung soal fenomena banjir informasi yang terjadi saat ini. Situasi banjir informasi ini menurutnya membutuhkan kemampuan memahami, menganalisis, dan mengkritisi informasi yang tersebar dengan cepat dan luas.Termasuk mengevaluasi informasi baik fakta maupun palsu.
Peran kecerdasan emosi (EQ) pun sangat penting dalam membentuk kebijaksanaan untuk memahami kebenaran informasi yang sifatnya multi persepsi. "Kecerdasan emosional melibatkan pengendalian jiwa dan kesadaran diri. Individu yang kurang memiliki kecerdasaan emosional akan cenderung cepat menyimpulkan informasi berdasarkan judulnya saja, dan masuk dalam lingkaran penyebaran berita hoax," ungkap Destry saat membuka acara”, Senin(6/5/2024). Ledakan Keras di Pusat Tel Aviv, Belasan Tentara Israel Roboh Dalam Sehari di Front Gaza Lebanon Halaman 4
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 81 82 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 3: Unsur Cerpen Halaman all Destry melanjutkan, literasi tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis. Tapi juga rangkaian kemahiran dalam membaca, menulis dan menggunakan angka. Termasuk di dalamnya mencakup keterampilan digital. Terlebih, survei Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD menunjukkan tahun 2018, hanya 30 persen dari pelajar Indonesia yang memiliki kemampuan literasi yang baik (Proficiency Level 2), jauh dibawah rata rata OECD sebesar 77 persen.
Indonesia memang sudah hampir terbebas dari buta aksara.Akan tetapi kemampuan untuk memahami dan menganalisis kebenaran informasi masih perlu untuk terus diasah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan membaca, mengikuti berbagai kegiatan seminar terkait, dan berdiskusi secara aktif."Harapan saya, rangkaian kegiatan World Book Day 2024 ini, yang juga mencakup topik kecerdasan emosional, dapat menjadi fasilitas dan sarana belajar bagi kita semua," tambah Destry. Lebih lanjut, Destry menyinggung peran perpustakaan kini pun sudah merambah era digital melalui Library 4.0. Perpustakaan kini tidak hanya menjadi ruang membaca.
Tapi juga menjadi tempat pertemuan dan kolaborasi antara individu, kelompok, dan komunitas.Dengan memanfaatkan teknologi dan kolaborasi, Library 4.0 membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan dinamis. Setiap orang memiliki kesempatan untuk berkembang dan berkontribusi. Sebagai informasi, acara ini turut dihadiri Kepala BI Institute Yoga Affandi, Dosen dan narasumber bedah buku “Menghilang, Menemukan Diri Sejati”Dr. Fahruddin Faiz, serta pimpinan satuan kerja dan kantor perwakilan BI. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.